Jumat, 08 April 2016

Maaf



Maaf..
Sungguh, maafkanlah aku..
Terlalu lancang memang..
Untukku yang dengan berani memasukanmu dalam sejarahku..
Menghadirkanmu dalam hidupku..
Maafkan aku bila aku keterlaluan..
Keterlaluan berharap kau memiliki rindu yang sama..
Maafkan aku yang selalu membicarakanmu,
Membicarakanmu tanpa kamu mengetahuinya..
Membicarakanmu setiap dini hari dengan-Nya..
Terlalu lancang memang..
Untukku, yang berdo’a kau lah yang kelak bersanding denganku..
Tapi tunggu, Boleh aku menuntut mu!
Kau pun begitu..
Cara kau terlalu lancang..
Hingga membuatku tak berhenti mengeja namamu..
Caramu terlalu keterlaluan,
Hingga aku kini begitu mencinta..
Kau yang berbuat,
Namun, aku yang menanggungnya..
Kau begitu manis tuan..
Tanpa permisi kau pun pergi..
Satu lagi, maaf tuan kau tak bisa pergi tanpa aku..
Kau sudah bertakdir untukku..
Kau pergi dengan memakai hak mu.
Dan aku pun  hanya sekedar memakai hak ku saja.

Hak ku tetap mencintaimu.

 


Bandung, 9 Februari 2016
Fitri Fitrotillah Abidin