Jumat, 18 Desember 2015

metode pembelajar Al-Qur'an



Metode Pembelajaran Al-Qur’an
Fitri Fitrotillah Abidin (D1A140901)

Metode Pembelajaran Al-Qur’an
 Menurut Dr. KH. Ahsin Sakho Muhammad (2011) bahwa Al-Qur’an sebagai kitab suci mempunyai tiga aspek yang masing-masing aspek perlu kita pelajari dengan seksama. Ketiga aspek tersebut ialah :
a.      Aspek Pembacaan
b.     Aspek Peghapalan
c.      Aspek pemahaman yang mencakup penerjemahan dan penafsira
Metode Cepat Membaca Al-Qur’an
1.   Metode “QIRA’ATI” yang ditulis oleh Ust. Salim Dahlan (2001 ) dari Semarang. Metode ini bisa digunakan untuk anak usia 4-6 tahun dan 6-12 tahun.  Metode ini terbilang inovatif pada masanya dan  mendapatkan sambutan yang hangat dari masyarakat. Basis dari metode ini ialah pengenalan satu unit pelajaran secara bertahap, seperti pengenalan  pada huruf hija’iyyah dengan harakatnya secara langsung dan konsentrasi pada satu persatu huruf hija’iyyah. Begitu juga dengan hukum-hukum bacaan seperti  ikhfa’, iqlab dan lain sebagainya. Yang diperbanyak adalah contoh-contoh bacaan.
2.   Metode “IQRA’” oleh Bapak As’ad Humam (februari 1996) dari AMM Yogyakarta yang muncul pada sekitar tahun 1988. Metode ini  meledak setelah MTQN di Yogyakarta tahun 1995.  Metode ini kemudian berkembang menjadi metode “IQRA’” untuk dewasa, metode “IQRA’” terpadu oleh Ust.Tasrifin Karim dari Kalsel. Dan metode “IQRA’’’ klasikal. Metode IQRA’ tidak berbeda jauh dengan metode “QIRA’ATI” dalam hal pemaparan setiap unit secara gradual dan sistimatis. Hanya saja buku Iqra’ terdiri dari 6 buah sementara Qira’ati berjumlah 8 buah.
3.   Metode al-BARQI yang digagas oleh Ust.Muhajir Sulthan. Metode ini dibukukan  pada tahun 1978. Basis metodenya pada pengenalan ungkapan : (A-DA-RA-JA) (MA-HA-KAYA)(KA-TA-WA-NA) (SA-MA-LA-BA) untuk mengetahui kasrah tinggal diganti ungkapannya seperti :IDI RIJI-MIHI KIYI-KITI WINI-SIMI LIBI. Untuk mengetahui dlammah tinggal diungkapkan : UDU-RUJU-MUHU-KUYU-KUTU WUNU-SUMU-LUBU. Dan seterusnya.
4.  Metode HATTA’IYYAH oleh Muhammad Hatta Usman dari Riau dan mendapatkan sambutan luas terutama setelah MTQN di Riau. Basis metodenya adalah bahwa 28 huruf hija’iyah dalam bahasa arab dicarikan padanannya dalam bahasa Indonesia. Metode ini diklaim bisa mengajarkan Al-Qur’an dalam 4.30 jam, dengan rincian 6 kali pertemuan, setiap pertemuan 45 menit.
5.   Metode al-BANJARI di Banjarmasin. 
6.   Metode an-NAHDLIYYAH. Metode ini dicetuskan oleh lembaga Ma’arif dilingkungan NU cabang Tulung Agung Jawa Timur. Basis dari metode ini adalah panjangnya mad dan ghunnah ditentukan oleh ketukan. Para peserta dikenalkan teknik bacaan Tartil, Tahqiq dan Taghanni.  
7.   Metode YANBU’A dari pesantren Yanbu’u al-Qur’an Kudus oleh K.H.Ulil Albab, putera K.H.Arwani Amin. Metode ini tidqak jauh dengan metode Qira’ati dan Iqra’ dalam hal pengenalan cara membaca secara langsung dengan mengambil contoh-contoh langsung dari Al-Qur’an.
8.  Metode an-NUR oleh Ust.Rosyadi yang muncul pada tahun 1996. Metode ini menjanjikan bisa membaca Al-Qur’an dalam dua jam saja, atau paling tidak 14 sampai 16 kali pertemuan. Metode ini dianggap metode pembelajaran membaca Al-Qur’an tercepat di dunia.
9.   Metode “TILAWATI” yang diperkenalkan oleh Ust.Hasan Syadzili Drs dan Drs Ali Mu’affa pada tahun 2002.
10. Metode “al-BAYAN” oleh Ust.Otong Surasman mahasiswa S2 PTIQ Jakarta. Bukunya satu jilid yang memuat 71 halaman dengan warna-warna menarik. Pengenalan huruf hija’iyyah pada metode ini dikaitkan dengan awal nama binatang dalam bahasa arab, sehingga pembaca bisa mengenal nama binatang/benda sekaligus mengenal huruf hija’iyyah dan cara pengucapannya.
11. Metode DIROSAH yang muncul pada tahun 2006 dan diperkenalkan oleh Wahdah Isma’iliyyah dari Gowa Kalsel yang menjanjikan bisa membaca Al-Qur’an dalam 20x pertemuan.
12.  Metode JIBRIL yang dicetuskan oleh K.H.Bashori Alwi. Basis dari metode ini adalah membacakan satu ayat Al-Qur’an kemudian diikuti oleh para santri dengan memerhatikan aspek Waqf dan Ibtida’. Cara pembacaannya dengan Tahqiq dan tartil. Dengan mengikuti metode ini para santri bisa menirukan bacaan yang sahih dan mengetahui aspek Waqf dan Ibtida’nya.

 Metode Penerjemahan Al-Qur’an
1.    Adanya pesantren terjemahan Al-Qur’an di desa Kramat, Dukuh Puntang Cirebon Jawa barat. Basis dari metodenya adalah siswa diberikan pemahaman terhadap kalimat-kalimat Al-Qur’an dari surah al-fatihah. Kata yang baru diberi garis dan diberi arti. Lalu pada ayat-ayat berikutnya kalimat yang sudah pernah digaris bawahi tidak lagi diberi garis bawah karena dianggap telah mengetahui artinya. Dan begitu seterusnya. Metode ini ternyata telah berhasil membimbing santri untuk bisa menerjemahkan Al-Qur’an dalam waktu yang relative pendek.
2.   Metode GRANADA yang dikembangkan oleh Ust. Sholihin Bunyamin LC. Oleh penemunya, seorang bisa mampu menerjemahkan Al-Qur’a dalam 8 jam saja. Basis metodenya adalah dengan mengetahui akar kata pada setiap kalimat, mengetahui awalan, sisipan, akhiran dan mengetahui arti setiap kalimat melalui kamus bahasa Arab-Indonesia oleh Mahmud Yunus.
3.   Metode  “Al-HASYIMIYYAH” yang diklaim sebagai metode cepat menerjemahkan Al-Qur’an dalam 3 jam.
4.   Mushaf Al-Qur’an dengan terjemahan per kata sebagaimana yang dilakukan oleh Dr.Ahmad Hatta dengan nama metode “AL-MAGHFIRAH”.
5.  Mushaf yang bertajuk “THE MIRACLE” yang diterbitkan oleh Syaamil Al-Qur’an. Motto dari The Miracle: “Mengkaji Kalam Ilahi Cukup Dalam Satu Al-Qur’an” atau : Miracle, The Reference Al-Qur’an dengan Referensi yang Sahih, Lengkap & Komprehensif”.
6.   Mushaf “AL-QUR’AN BAYAN ” yang bermula dari buah pikir Bapak Tempa yang kemudian ditindak lanjuti oleh beberapa insan akademik dan kemudian diterbitkan oleh CV Bayan Al-Qur’an.

Metode Memahami Al-Qur’an
Untuk bisa memahami Al-Qur’an maka perlu mengetahui isi kandungan Al-Qur’an terlebih dahulu. Isi kandungan Al-Qur’an tidak lepas dari tiga hal yaitu pertama : ketauhidan (sam’iyyat). Kedua : hukum. Ketiga : peringatan-peringatan (tadzkir). Imam Syathibi dalam kitabnya “al-Muwafaqat” mensarikan inti Al-Qur’an dalam tiga hal yaitu :
1. Mengetahui Zat yang disembah.
2. Mengetahui cara beribadah.
3. Mengetahui nasib manusia.



Tidak ada komentar:

Posting Komentar