Dewasa ini, telah banyak berita yang mengabarkan
peningkatan penderita gangguan jiwa diusia produktif. Hal ini dibuktikan dari
surat kabar yang berasal koran harian suara merdeka Yogyakarta berikut adalah
berita yang mengabarkan hal tersebut:
Jumlah penderita sakit jiwa di Provinsi DIY meningkat
drastis dan mengalami peningkatan 45%. Yang membuat prihatin Pemprov DIY,
peningkatan penderita sakit jiwa kebanyakan justru dari golongan usia produktif.
Bahkan secara status ekonomi sudah mapan dan
terpelajar, yaitu mahasiswa. ''Dari semua pasien baik rawat inap maupun rawat
jalan, sekitar 70% dari kalangan usia produktif dan secara financial
mapan,'' ungkap Direktur Grahasia (rumah sakit khusus penderita gangguan jiwa)
dokter Andung Prihadi Santosa MKes kepada wartawan di Yogyakarta, Senin (21/2).
Menurut keterangan Andung, dari jumlah itu sekitar 10%
adalah mahasiswa. Pada 2003 lalu, di rumah sakit yang dia pimpin terdapat 678
penderita sakit jiwa rawat inap.Akan tetapi satu tahun kemudian, meningkat
menjadi 1.300 pasien. Sementara itu, untuk pasien rawat jalan meningkat
drastis dari 7.000 pasien pada 2003 naik menjadi 10.610 pasien pada 2004.
Dia mengungkapkan, penambahan penderita pasien sakit
jiwa ini justru berasal dari masyarakat yang berstatus pegawai atau pejabat
yang mapan perekonomiannya.''Namun, mereka gagal mengelola stres akibat tidak
mendapat tempat atau jabatan sehingga memunculkan depresi yang
berkepanjangan,'' ujar Andung.
Sementara itu di kalangan mahasiswa, penderita sakit
jiwa lebih banyak karena pemasalahan kuliah. Ada yang tidak lulus-lulus atau
pemasalahan lain. ''Penderita sakit jiwa di kalangan mahasiswa sebagian besar
juga karena putus cinta,'' ucapnya.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar